Berita Terkini tanpa Kebohongan

Kemenkop UKM Terus Kembangkan Korporatisasi Petani

3 min read
Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM, Korporatisasi Petani, koperasi pisang Cavendish, kesejahteraan petani, peluncuran penanaman pisang Cavendish, akselerasi pengembangan korporatisasi petani

Source: Kemenkop UKM

By Mentari

SELISIK.COM – Langkah Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki dalam membangun Korporatisasi Petani berbasis koperasi di Indonesia terus melaju. Khusus produk pisang Cavendish, setelah sukses di Tenggamus (Lampung), kali ini menyasar wilayah Kabupaten Bener Meriah di Provinsi Aceh.

“Ini merupakan suatu bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui kolaborasi berbagai pihak,” jelas Teten usai peluncuran penanaman pisang Cavendish dalam rangka akselerasi pengembangan korporatisasi petani melalui koperasi, di kawasan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Sabtu (26/2/2022).

Menurut Teten, berkolaborasi dengan petani dan koperasi, maka PT Great Giant Pineapple sebagai off taker tidak perlu memiliki lahan. Bahkan, bermitra dengan petani dan koperasi, lebih mendekatkan diri ke pasar, baik pasar nasional maupun global. Setelah di Lampung, PT Great Giant Pineapple sudah membuka lahan di 8 wilayah lain. Sekarang berada di Kabupaten Bener Meriah.

Bagi Teten, kolaborasi lintas kementerian yang direplikasi di tingkat dinas, menjadi kunci untuk terbangunnya korporasi petani dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani. Apalagi adanya kemitraan dengan PT Great Giant Pineapple yang berperan sebagai offtaker sekaligus melakukan penyediaan bibit, pendampingan, pengemasan, grading sampai pada pengiriman ke pasar ekspor.

Untuk memenuhi standardisasi ekspor, maka kemitraan koperasi dengan PT GGP menjadi penting. Bukan hanya dari proses pembudidayaan pisang Cavendish, namun juga sampai pada pemenuhan sertifikasi ekspor. “Seperti komoditas pisang terdapat 21 sertifikat ekspor yang sudah diurus PT GGP, sehingga bisa masuk sampai ke pasar Eropa dan Amerika,” jelas Teten.

Untuk itu, Teten mengajak para petani di berbagai daerah untuk melakukan konsolidasi lahan dan SDM petani dalam wadah koperasi. Karena, selain untuk mencapai skala ekonomis, jangan biarkan para petani bekerja sendiri-sendiri.

“Koperasi yang berhadapan dengan buyer sehingga harga tidak dipermainkan pasar dan para petani memiliki kepastian pasar dan stabilitas harga, karena koperasi yang berperan sebagai off taker pertama,” ujar Teten, seperti dinukil laman Kemenkop UKM.

Untuk itu, Koperasi Ara Cahayani Gayo (ACG) dapat berperan sebagai konsolidator sekaligus agregator dari hasil panen yang akan diproduksi. Koperasi ACG ini sudah memperluas pengelolaan komoditas utama kopi ke pisang.

Sementara itu, Wakil Bupati Bener Meriah Dailami mengatakan, pemanfaatan lahan untuk pisang Cavendish ini sangat potensial untuk dikembangkan masuk ke pasar ekspor. “Setelah lahan 3,5 hektar dan 12 hektar, ditargetkan pengembangan selanjutnya ada di lahan seluas 300 hektar, dan bekerjasama dengan PT Great Giant Pineapple,” ujar Dailami.

Manfaat yang dirasakan petani di Bener Meriah diantaranya menerima bibit pisang sebanyak 2000 batang dari PT Great Giant Pineapple. “Bila lahannya semakin luas dan besar, saya berharap akan ada industri pengolahan buah-buahan di Bener Meriah,” kata Dailami.

Tak hanya itu, lanjut Dailami, di Bener Meriah juga bisa dikembangkan pertanian minyak Nilam, dengan lahan tersedia seluas 1.000 hektare.

Kawasan berikat hortikultura

Dalam kesempatan yang sama, Direktur PT Great Giant Pineapple (GGP) Welly Sugiono menyebutkan bahwa penanaman pisang Cavendish di Pintu Rime Gayo merupakan langkah lanjutan dari lahan sebelumnya seluas 3,5 hektare di Bener Meriah.

“Hasilnya, pada produksi 2021, mampu menghasilkan 4.950 box dengan masing-masing box seberat 13 kilogram. Jadi, total pisang Cavendish yang dihasilkan sebanyak 65 ton, dengan kualitas luar biasa bagus,” ungkap Welly.

Pada masa mendatang, menurut Welly, lahan pisang Cavendish akan dikembangkan bersama koperasi dengan luas lahan 12 ha. “Dalam 11 bulan sudah bisa dipanen,” jelas Welly.

Welly berharap langkah tersebut akan menjadikannya sebagai Kawasan Berikat Holtikultura pertama di Bener Meriah. Bahkan, tidak hanya akan ditanami pisang dan kopi saja, melainkan buah-buahan tropikal lainnya.

Dengan pola kemitraan seperti ini, Welly mengatakan petani mempunyai akses pupuk, insektisida, dan sebagainya, tanpa subsidi dari pemerintah. “Saya berharap kerja sama dengan pemerintah, termasuk Pemda, bisa lebih baik,” kata Welly.

Welly pun menekankan kemitraan ini memiliki fokus utama terciptanya pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Dengan memiliki tanah yang subur, UMKM di sana pun akan turut berkembang. “Saya juga berharap, nantinya ekspor buah-buahan tropik akan berasal dari Aceh, bukan dari daerah lain,” ujar Welly.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.