Kredit Bank Jago Naik 695 Persen

Ekobis72 views

By Khanzalani

SELISIK.COM – PT Bank Jago Tbk mampu meningkatkan penyaluran kredit pada tahun 2021 ini. Tercatat sampai akhir Juni 2021, Bank Jago sudah menyalurkan kredit sebesar Rp 2,17 triliun, tumbuh 695 persen dari periode sama tahun lalu.

Penyaluran kredit Bank Jago secara triwulanan naik 68 persen. Dari posisi akhir Desember 2020 (year to date/ytd), penyaluran kredit Bank Jago melonjak sebesar 139 persen.

Menurut Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar, dari sisi nominal penyaluran kredit perusahaan masih belum besar. Ini karena bank baru memulai ekspansi setelah rights issue II pada April 2021. Meski demikian, manajemen merasa harus bersyukur. “Selama pandemi, kami masih bisa mengoptimalkan fungsi intermediasi dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian,” ujar Kharim, Rabu (8/9/2021).

Dalam menyalurkan kredit, jelas Kharim, perusahaan mengutamakan prinsip kehati-hatian yang tecermin dari rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) bisa berada pada angka nol persen. NPL sangat rendah membuat Bank Jago tidak perlu membentuk pencadangan dalam jumlah besar sehingga mampu menekan biaya kredit.

Baca juga  Kunjungi Bali, Mendag Tinjau Penerapan Aplikasi PeduliLindungi

Pertumbuhan kredit mengerek pendapatan bunga 289 persen secara tahunan. Dengan beban bunga yang hanya meningkat 46 persen, Bank Jago bisa membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih 423 persen menjadi Rp139 miliar.

Kinerja tersebut berimbas pada penurunan rasio cost to income dari 289 persen pada semester pertama 2020 menjadi 129 persen pada semester pertama 2021. Capaian tersebut turut mendongkrak rasio net interest margin (NIM) dari 4,1 persen menjadi 5 persen pada kurun yang sama.

Sebagai bank berbasis teknologi yang sedang berkembang, Bank Jago berusaha terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi teknologi informasi, pengembangan aplikasi, dan rekruitmen talenta baru. Ini membuat biaya operasional bertambah 135 persen menjadi Rp183 miliar.

Kenaikan biaya operasional ini berdampak ke perolehan laba periode semester I 2021 yang masih membukukan rugi bersih Rp 47 miliar. Kinerja belum positif karena faktor investasi. “Kami menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan masih sejalan dengan perencanaan awal. Investasi ini tentu akan bisa dinikmati hasilnya di masa mendatang,” jelas Kharim.

Baca juga  Menperin: Resiliensi Industri Teruji Hadapi Pandemi

Bila dihitung secara kuartalan, menurut Kharim, kinerja sebenarnya membaik. Pada kuartal pertama 2021, perusahaan mencatat kerugian Rp 38 miliar. Dengan kenaikan kredit dan penempatan dana lebih dari hasil rights issue di instrumen produktif lainnya, kerugian dapat ditekan menjadi Rp 9 miliar pada kuartal kedua 2021. “Data tersebut menunjukkan bahwa kinerja bank ini terus membaik dan semakin solid,” kata Kharim.

Kharim mengatakan, dari sisi aset terjadi kenaikan signifikan sebesar 491 persen dari Rp 1,7 triliun menjadi Rp 10 triliun. Ekuitas meningkat 538 persen dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 8,1 triliun. Dari sisi perolehan dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan 326 persen menjadi Rp 1,73 triliun yang mencerminkan tingginya kepercayaan publik terhadap bisnis model Bank Jago. “Berbagai indikator keuangan menunjukkan perusahaan memiliki fundamental yang sangat kuat dan mampu menopang target untuk tumbuh secara berkelanjutan,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *